Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Bambang Riyanto1
Alumni S2 FKIP Unsri / Guru SMA Negeri 1 Kayuagung
E-mail: [email protected]
Rusdy A. Siroj2
Dosen S2 FKIP Unsri
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
The research aims are to know (1) the effect of learning approach toward
mathematics echievement, (2) the effect of reasoning level student’s toward
mathematics echievement, and (3) intraction between learning approach and
reasoning level student’s toward mathematics echievement. The research method
that be used is experiment research. Collecting data is conducted by reasoning test
and echievement mathematics test. The research is experimented at Senior High
School number 1 Kayuagung. Population of research is all student at tenth class
grade that involve 7 class. The sample are class X.A that involve 31 student as
experiment class and X.B that involve 31 student as control class. The research
show that the Anova two way for approach learning is obtained F hitung = 15,982 and
Ftabel=4,02, so F hitung > F tabel, or the mathematics echievement student that be
following at constructivism approach is better than at conventional approach. The
anova two way for level reasoning student’s is obtained F hitung = 39,489 and
Ftabel=4,02, so Fhitung> F tabel, or The students that have high level reasoning is better
than the students that have low level reasoning. The analysis of two way Anova for
interaction between the approach learning and the level reasoning student’s is
obtained F hitung = 0,265 and Ftabel=4,02, so F hitung < Ftabel, or there isn’t interaction
between learning approach and the level reasoning student’s to reach mathematics
echievement.
111
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
dan terjalin hubungan fungsional yang erat antar ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi,
komponen. Komponen-komponen tersebut dan generalisasi, menalar secara logik,
adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Ini menyelesaikan masalah (problem solving),
berarti fakta, konsep, prinsip dan prosedur berkomunikasi secara matematika dan
tersebut tersusun secara hierarkis. Hal ini mengkaitkan ide matematika dengan kegiatan
mengharuskan fakta, konsep, prinsip atau intelektual lainnya tergolong berpikir
prosedur yang menjadi prasyarat perlu dikuasai matematika yang non rutin atau tingkat tinggi
oleh peserta didik lebih dahulu, dari fakta, (high order mathematical thinking).
konsep, prinsip atau prosedur lainnya. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang Pendidikan (Depdiknas, 2006) dinyatakan
dikemukakan oleh Sumarmo (2003) bahwa bahwa tujuan mata pelajaran matematika di
matematika dikenal sebagai pengetahuan yang sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan
terstruktur dan sistematis dalam arti bagian- menengah adalah agar siswa mampu
bagian matematika tersusun secara hierarkis dan 1) memahami konsep matematika, menjelaskan
terjalin dalam hubungan fungsional yang erat. keterkaitan antar konsep dan
Dalam mata pelajaran matematika, mengaplikasikan konsep atau algoritma,
kurikulum tahun 2006 memuat rincian topik, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
kemampuan dasar matematika, dan sikap yang pemecahan masalah,
diharapkan dimiliki siswa. Sumarmo (2003) 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
menyatakan bahwa secara garis besar melakukan manipulasi matematika dalam
kemampuan dasar matematika dapat membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
diklasifikasikan dalam lima standar, yaitu (1) menjelaskan gagasan dan pernyataan
mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, matematika,
prosedur, prinsip dan ide matematika (2) 3) memecahkan masalah yang meliputi
menyelesaikan masalah matematika kemampuan memahami masalah, merancang
(mathematical problem solving) (3) bernalar model matematika, menyelasaikan model,
matematika (mathematical reasoning) (4) dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
melakukan koneksi matematika (mathematical 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
connection) dan (5) komunikasi matematika tabel, diagram atau media lain untuk
(mathematical communication). Selanjutnya memperjelas keadaan atau masalah,
Sumarmo (2003) menyatakan bahwa 5) memiliki sikap menghargai kegunaan
kemampuan memahami ide matematika secara matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
lebih mendalam, mengamati data dan menggali rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
112
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
mempelajari matematika serta sikap ulet dan (2003) menemukan kualitas kemampuan
percaya diri dalam pemecahan masalah. penalaran dan pemahaman matematika siswa
belum memuaskan, yaitu masing-masing sekitar
Berdasarkan tujuan di atas bahwa salah
49 % dan 50 % dari skor ideal.
satu tujuan mata pelajaran matematika di
Khusus untuk materi geometri, hasil
sekolah adalah menggunakan penalaran pada
penelitian bahwa penalaran siswa dalam ide
pola dan sifat, melakukan manipulasi
geometri masih kurang, yaitu yang dikemukakan
matematika dalam membuat generalisasi,
oleh Mistretta (2009) bahwa “Carroll found that
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
junior high and senior high school students often
pernyataan matematika. Ini juga didukung oleh
lacked experience in reasoning about geometric
Ball, Lewis & Thamel (dalam Widjaya, 2010)
ideas”. Hal ini menunjukkan perlunya
bahwa “mathematical reasoning is the
peningkatan kemampuan penalaran siswa di
foundation for the construction of mathematical
sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan
knowledge”. Hal ini berarti penalaran
analisis ulangan harian juga menunjukkan
matematika adalah fondasi untuk mendapatkan
bahwa hanya 10% siswa yang hanya mampu
atau menkonstruk pengetahuan matematika.
menyelasaikan soal penalaran dan pembuktian
Dengan demikian berarti guru di sekolah dasar
dengan benar. Berdasarkan pengalaman peneliti
dan menengah harus mengembangkan
sebagai guru di SMA Negeri 1 Kayuagung dan
kemampuan penalaran siswa dalam
wawancara dengan teman guru bahwa materi
pembelajaran matematika. Selanjutnya Jhonson
dimensi tiga selalu tidak mencapai Kriteria
dan Rising (1972) menyatakan bahwa
Ketuntasan Minimum (KKM), dan siswa
“mathematics is a creation of the human mind,
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
concened primarily with idea processes and
soal dimensi tiga dan prestasi matematika siswa
reasoning”. Ini berarti bahwa matematika
juga masih kurang. Di SMA Negeri 1
merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada
Kayuagung dalam pembelajaran matematika
intinya berkait dengan ide-ide, proses-proses dan
juga masih menggunakan pendekatan
penalaran. Dengan demikian, guru matematika
konvensional.
seharusnya mengembangkan kemampuan
Salah satu penyebab kurangnya
penalaran siswa di dalam proses pembelajaran
kemampuan penalaran dan prestasi matematika
matematika, tetapi kenyataan di lapangan
siswa adalah proses pembelajaran yang
berdasarkan hasil penelitian kemampuan
dilakukan oleh guru di kelas kurang melibatkan
penalaran siswa masih kurang, seperti yang
siswa dalam proses pembelajaran atau tidak
dikemukakan oleh laporan penelitian Priatna
terjadi diskusi antara siswa dengan siswa dan
113
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran, pembelajaran dengan pendekatan konvensional
siswa tidak mengeksplorasi, menemukan sifat- ini siswa menyelesaikan banyak soal tanpa
sifat, menyusun konjektur kemudian mengujinya pemahaman yang mendalam, tidak melakukan
tetapi hanya menerima apa yang diberikan oleh eksplorasi, menemukan sifat-sifat, menyusun
guru atau siswa hanya menerima apa yang dan mengevalusi konjektur. Hal ini akan
dikatakan oleh guru. Seperti yang dikemukakan mengakibatkan kemampuan penalaran siswa
oleh Noraini (2000) bahwa: tidak berkembang sehingga prestasi matematika
“students learn geometry by memorizing kurang. Ini juga sejalan dengan pendapat
geometric properties rather than by exploring Turmudi (2008) bahwa strategi pembelajaran
and discovering the underlying properties. yang bersifat menekankan kepada hafalan (drill)
Another problem is that traditional approaches atau rote learning serta mengutamakan kepada
of geometry instruction do not seem to help routine computation atau algebraic procedural
students achieve the intended learning outcomes hendaknya sudah harus dikurangi dan diganti
in the curriculum. By using just textbooks and dengan cara menekankan kepada pemahaman.
chalkboards, classroom geometry experiences Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian
hamper optimal learning”. Ratnaningsih (2004) bahwa kemampuan
penalaran matematika, koneksi matematika,
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu pemecahan masalah matematika dan
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan keseluruhan aspek melalui pembelajaran
dalam geometri adalah pendekatan yang konvensional tergolong kurang. Selanjutnya
digunakan dalam pembelajaran matematika hasil penelitian Lasati (2007) bahwa
adalah menggunakan pendekatan konvensional. Pembelajaran Teorema Phytagoras dengan
Pada pembelajaran ini guru memberikan menggunakan pendekatan konstruktivisme
definisi, sifat-sifat geometri dan memberikan dinyatakan efektif. Hasil penelitian ini juga
contoh soal, siswa hanya pasif atau siswa tidak didukung oleh hasil penelitian Abdurahman
melakukan eksplorasi, membuktikan sifat-sifat, (2002) bahwa model pembelajaran
menyusun konjektur kemudian mengevalusinya konstruktivisme dapat meningkatkan perolehan
dan tidak terjadi diskusi kelompok atau antar belajar yang cukup signifikan.
kelompok, guru yang aktif dalam pembelajaran, Guru pada sekolah dasar dan menengah
sedangkan siswa hanya menerima materi. Ini harus mencari alternatif pendekatan
merupakan salah satu penyebab rendahnya pembelajaran, agar kemampuan penalaran dan
kualitas pemahaman siswa terhadap matematika prestasi matematika siswa dalam mata pelajaran
(Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA, 1999). Pada matematika meningkat. Salah satu alternatif
114
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan the students themselves have to be the primary
adalah pendekatan konstruktivisme untuk actors. Hal ini juga didukung pula oleh Anthony
meningkatkan kemampuan penalaran siswa (1999) bahwa:
dalam mata pelajaran matematika. Dalam
“learning is a process of knowledge
pembelajaran matematika dengan pendekatan
construction, not of knowledge
konstruktivisme, siswa mengkonstruk sendiri
recording or absorption;
pengetahuannya di dalam benaknya baik secara
individu maupun bersama teman (diskusi), learning is knowledge-dependent;
Wallace, Engel dan Mooney (dalam Asra dan the learner is aware of the processes of
Sumiati, 2007: 47-48) bahwa teori belajar cognition and can control and regulate
115
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
116
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
Skor prestasi matematika siswa setelah Kriteria pengujian adalah F hitung < F tabel
mendapat pembelajaran dalam materi dimensi untuk =0,01 adalah terima Ho, artinya data
tiga yang merupakan hasil tes akhir (postes), bersifat homogen, sehingga berdasarkan tabel di
baik kelas konstruktisme maupun kelas atas menunjukkan bahwa varians dua kelompok
konvensional berdistribusi normal. Kesimpulan (eksperimen dan kontrol) untuk tes prestasi
bahwa seluruh data atau skor prestasi matematika adalah homogen.
matematika siswa berdistribusi normal, karena Dari uji kesamaan dua rataan prestasi
setelah dilakukan pengujian menggunakan siswa antara kelas Pembelajaran dengan
statistik Chi-Kuadrat ( ), pada setiap kelas
2
pendekatan konstruktivisme (eksperimen)
117
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
signifikan. Tujuan anova 2 jalur adalah 3. Ho3 : Tidak terdapat interaksi yang
menyelidiki dua pengaruh utama (main effect) signifikan antara tingkat
penalaran dan pendekatan
dan satu pengaruh interaksi (interaction effect).
pembelajaran terhadap prestasi
Pengaruh utama yaitu perbedaan Pendekatan matematika siswa
Pembelajaran Konstruktivisme dan Ha3 : Terdapat interaksi yang
signifikan antara tingkat
Konvensional terhadap Prestasi Matamatika
penalaran dan pendekatan
Siswa dan kemampuan penalaran siswa terhadap pembelajaran terhadap prestasi
Prestasi Matematika Siswa. Pengaruh interaksi matematika siswa.
Selanjutnya dari analisis varian dua arah
adalah pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan
dengan menggunakan interaksi, diperoleh hasil
Kemampuan Penalaran terhadap Prestasi
perhitungan sebagai berikut:
Matematika Siswa.
Tabel 9
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: Hasil Perhitungan Anova 2 x 2
Variabel terikat:: Hasil_Tes_Matematika
1. Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara prestasi Kua
drat
matematika yang mengikuti
Tipe III rata
pembelajaran dengan
Jumlah D - Sig Kuadrat
pendekatan konstruktivisme Sumber Kuadrat f rata F . Eta parsial
dan dengan konvensional Kebenaran 144
7212,73 21,9 ,00
Ha1 : Terdapat pengaruh yang model 5 2,54 ,662
7(a) 52 0
signifikan prestasi matematika 7
antara siswa yang mengikuti Intersep
78082,0
780 118
,00
pembelajaran dengan 1 82,0 8,23 ,955
56 0
56 6
pendekatan konstruktivisme
Pendekatan_ 105
dan dengan pendekatan Pembelajaran
1050,24
1 0,24
15,9 ,00
,222
konvensional 1 82 0
1
Tingkat_Pen 259
5189,78 39,4 ,00
alaran 2 4,89 ,585
2. Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang 3 89 0
1
signifikan prestasi matematika
Pendekatan_
antara siswa yang memiliki Pembelajaran
17,4 ,76
kemampuan penalaran tinggi, * 34,845 2 ,265 ,009
22 8
sedang dan rendah Tingkat_Pen
Ha2 : Terdapat pengaruh yang alaran
118
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
Berdasarkan hasil perhitungan Anova-2 hitung > F tabel, hal ini berarti hipotesis statistik
jalur tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai (Ho) kedua ditolak. Dengan demikian dapat
berikut: disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
1. Perbedaan Antara Prestasi Matematika matematika yang signifikan antara siswa yang
Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan memiliki tingkat penalaran tinggi, sedang dan
Pendekatan Konstruktivisme dan dengan rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor
Pendekatan Konvensional. prestasi matematika siswa yang memiliki
Dari Tabel Anova di atas untuk kemampuan penalaran tinggi lebih baik daripada
pendekatan pembelajaran diperoleh harga Fhitung siswa yang memiliki tingkat penalaran sedang
= 15,982. sedangkan F tabel untuk =0,05, df dan yang memiliki tingkat penalaran sedang
pembilang =1 dan df penyebut = 58 adalah lebih baik daripada siswa yang memiliki tingkat
Ftabel = F (1, 58, ) = 4,02. Dengan demikian F penalaran rendah.
hitung > F tabel, hal ini berarti hipotesis statistik 3. Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan
(Ho) pertama ditolak. Dengan demikian dapat Tingkat Kemampuan Penalaran Terhadap
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi Prestasi Matematika
matematika siswa yang signifikan antara siswa Dari hasil penelitian diperoleh data
yang mengikuti pembelajaran dengan mengenai rata-rata prestasi matematika dengan
pendekatan konstruktivisme dan konvensional. Pendekatan Konstruktivisme pada siswa yang
Rata-rata prestasi belajar dengan pendekatan memiliki penalaran tinggi adalah 74,95, siswa
konstruktivisme adalah 53,66 sedangkan dengan yang memiliki penalaran sedang adalah didapat
pendekatan konvensional adalah 42,32, sehingga rata-ratanya 52,81 dan siswa yang memiliki
dapat disimpulkan bahwa prestasi matematika penalaran rendah didapat rata-ratanya 37,275.
siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan Sedangkan prestasi matematika siswa dengan
konstruktivisme adalah lebih baik daripada pendekatan konvensional pada siswa yang
dengan pendekatan konvensional. memiliki penalaran tinggi adalah didapat rata-
2. Perbedaan Prestasi Matematika antara Siswa ratanya 61,28, siswa yang memiliki penalaran
yang memiliki kemampuan Penalaran sedang didapat rata-ratanya 40,28, dan siswa
Tinggi, Sedang dan Rendah. yang memiliki penalaran rendah didapat rata-
Dari Tabel Anova di atas untuk tahap ratanya 29,17.
penalaran diperoleh harga Fhitung = 39,489. Untuk mengetahui ada atau tidak
Ftabel=F (1, 58, ) = 4,02. Dengan demikian F pencapaian prestasi matematika. Berdasarkan
119
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
tabel anova di atas diperoleh F hitung = 0,265 pengetahuan adalah cukup baik, hal ini
sedangkan F tabel diketahui sebesar 4,02. menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
Karena Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol siswa sudah mengaktifkan pengetahuan yang
diterima. Hal ini berarti Tidak ada interaksi yang sudah dimilikinya dalam rangka mengkonstruk
signifikan dalam penggunaan pendekatan pengetahuan baru melalui proses diskusi.
pembelaran dan tingkat kemampuan penalaran Pengetahuan awal sangat penting untuk
terhadap prestasi matematika. Gambar bentuk membangun pengetahuan baru seperti yang
tidak terdapat interaksi tersebut dapat dilihat dikemukakan oleh Ernest (1991, 84) bahwa
pada gambar berikut : pengetahuan awal (pengetahuan subjektif
matematika) berperan dalam membuat atau
Estimated Marginal Means of Hasil_Tes_Matematika
70.00
Sedang
Rendah objektif matematika) melalui interaksi sosial, hal
Estimated Marginal Means
20.00
membentuk pengetahuan baru, misalnya
Konstruktivisme Konvensional
Pendekatan_Pembelajaran
melakukan analogi dan berusaha mengaitkan
Gambar 3 Plot Interaksi Kemampuan Penalaran dan pengalaman lama terhadap kasus serupa yang
Pendekatan Pembelajaran dihadapi. Hal ini juga sejalan dengan Bruner
(1973) bahwa pembelajaran dikatakan efektif
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adalah ketika siswa dapat lebih berkembang
terdapat interaksi yang signifikan antara tahap dengan memanfaatkan informasi yang telah
penalaran siswa dan pendekatan pembelajaran diterima atau dikenal dengan istilah “Going
terhadap pencapaian prestasi matematika siswa. beyond the information given”, misalnya melihat
Hal ini berarti prestasi matematika siswa yang di balik apa yang tertulis, sehingga siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan menggunakan pengetahuan yang baru secara
konstruktivisme lebih baik daripada dengan aktif untuk mengkonstruksi makna. Hal tersebut
pembelajaran konvensional untuk setiap mengindikasikan bahwa pada proses
kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa. pembelajaran yang efektif, siswa tidak sekadar
menjadi penerima informasi yang pasif
PEMBAHASAN melainkan harus mengkonstruksi tentang topik
Berdasarkan kemampuan siswa pada yang dipelajari. Pada kesempatan seperti ini
kelompok eksperimen dalam membangun siswa berkesempatan memberdayakan apa yang
120
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
telah diketahuinya, sehingga pengetahuan ysng orang yang tahap penalarannnya konkret, 1
telah dimilikinya berkesempatan untuk orang meningkat menjadi awal formal dan 1
disegarkan. Dalam penelitian ini, kemampuan orang menjadi transisi. Dari satu orang siswa
siswa dalam mengilustrasikan pengetahuan awal yang tahap penalarannya awal formal setelah
adalah sangat baik, sehingga dengan dilakukan pembelajaran konstruktivisme
pembelajaran konstruktivisme ini siswa akan penalarannya tetap tahap awal formal.
baik dalam penguasaan konsep yang Setelah dilakukan pembelajaran dengan
dipelajarinya. Dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol.
pendekatan konstruktivisme terjadi interaksi Dari 19 orang siswa yang tahap penalarannya
dalam kelompok, yaitu pada tahap eksplorasi konkret, ada 10 orang siswa meningkat menjadi
dan interaksi antar kelompok, yaitu pada tahap tahap transisi dan 9 orang tetap pada tahap
diskusi dan penjelasan konsep. Pada konkret. Dari 12 orang siswa yang tahap
pembelajaran konstruktivisme ini, guru berperan penalarannya transisi, ada 1 orang yang turun
sebagai fasilitator, moderator, dan membimbing menjadi konkret dan 11 orang tetap pada tahap
siswa dalam proses mengkonstruksi transisi.
pengetahuan baru. Berdasarkan pada peningkatan tahap
Pada tes penalaran menunjukkan bahwa penalaran siswa di atas, dapat disimpulkan
pada tes awal (pretes) kemampuan penalaran bahwa pembelajaran dengan pendekatan
siswa pada kelompok eksperimen lebih baik konstruktivisme lebih baik daripada pendekatan
daripa siswa pada kelompok kontrol. Pada pretes konstruktivisme dalam meningkatkan
untuk kelas eksperimen terdapat 2 orang siswa kemampuan penalaran siswa. Sehingga
yang penalarannya konkret, 28 orang siswa yang pembelajaran dengan pendekatan
penalarannya transisi serta 1 orang siswa yang konstruktivisme lebih baik daripada
penalarannya awal formal, sedangkan untuk pembelajaran dengan pendekatan konvensional
kelas kontrol terdapat 19 orang siswa yang tahap dalam meningkatkan kemampuan penalaran
penalarannya konkret dan 12 orang siswa yang siswa.
penalarannya transisi. Setelah dilakukan Berdasarkan peningkatan tahap
pembelajaran dengan pendekatan penalaran siswa, pada pembelajaran dengan
konstruktivisme pada kelas eksperimen dan pendekaran konstruktivisme yang menunjukkan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. bahwa pembelajaran dengan pendekatan
Pada kelas eksperimen, dari 28 orang siswa konstruktivisme lebih baik baik dalam
yang penalarannya transisi, ada 14 orang siswa meningkatkan tahap penalaran daripada dengan
meningkat menjadi tahap awal formal, dari 2 pendekatan konvensional. Sehingga dapat
121
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
disimpulkan bahwa kemampuan penalaran siswa penalaran dan prestasi matematika siswa. Hal ini
dengan pembelajaran konstruktivisme lebih baik sesuai dengan pendapat Sumarmo (2003) bahwa
daripada dengan pembelajaran konvensional. salah satu kemampuan dasar matematika adalah
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa bernalar matematika (mathematical reasoning).
belum ada siswa yang memiliki kemampuan Berdasarkan analisis anova dua jalur
penalaran formal. Keadaan ini menunjukkan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi
bahwa siswa di SMA Negeri 1 Kayuagung antara kemampuan penalaran dan pendekatan
belum mampu berpikir formal. Sehingga dengan pembelajaran terhadap prestasi matematika
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan siswa. Hal ini berarti pada semua tingkat
konstruktivisme akan mampu meningkatkan kemampuan penalaran siswa, prestasi
kemampuan penalaran siswa sekolah menengah matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
atas. dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik
Selain itu juga dengan uji-t menunjukkan dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran
bahwa kemampuan penalaran siswa pada tes dengan pendekatan konvensional. Hal ini berarti
akhir untuk siswa yang pembelajaran dengan bahwa prestasi matematika siswa dengan
pendekatan konstruktivisme adalah lebih baik pembelajaran pendekatan konstruktivisme
daripada dengan pembelajaran konvensional. adalah lebih baik daripada dengan pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis anova dua konvensional untuk semua tingkat kemampuan
jalur juga menunjukkan bahwa terdapat penalaran siswa.
pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap Siswa kelas X SMA Negeri 1 pada
prestasi matematika siswa yaitu pembelajaran umumnya berusia 16 tahun. Jika dikaitkan
dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dengan tahap perkembangan intelaktual yang
daripada dengan pendekatan konvensional. dikemukakan oleh Piaget, usia tersebut berada
Dilihat dari kemampuan penalaran siswa juga pada tahap operasi formal. Kenyataan di
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lapangan menunjukkan bahwa belum ada siswa
kemampuan penalaran terhadap prestasi siswa yang kemampuan berpikirnya pada tahap
yaitu siswa yang kemampuan penalarannya formal. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran
tinggi memiliki prestasi matematika yang lebih matematika dengan pendekatan konstruktivisme
baik daripada siswa yang kemampuan dalam rangka meningkatkan kemampuan
penalarannya rendah. Ini berarti bahwa penalaran dan prestasi matematika siswa
kemampuan penalaran berpengaruh terhadap Sekolah Menengah Atas.
prestasi matematika. Dengan demikian terdapat
hubungan yang erat antara kemampuan
122
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
123
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
124
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
125
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
126
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011
Widjaya, Wanti. 2010. Design Realistic Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis
Mathematics Education Lesson. Makalah mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yusuf
Seminar Nasional Pendidikan, Program Hartono sebagai pembimbing yang telah
Pascasarjana Universitas Sriwijaya, memberikan bimbingan selama penulisan
Palembang 1 Mei 2010. tesis.
Winarno, Surahmad, 1980. Metodologi
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Yevdokimov. 1999. About a Constructivist
Approach for Stimulating Students’
Thinking to Produce Conjecture and
Their Proving in Active Learning of
Geometry. (online)
http://eprints.usq.edu.au/3352/1/1-
Yevdokimov_CERME4.pdf [diakses 24
Desember 2009]
Zulkardi. (2001). Realistic Mathematics
Education (RME) dan Contoh
Pengajarannya pada Aljabar Linear di
Sekolah Menengah. Makalah pada
Seminar Sehari Realistic Mathematics
Education. UPI Bandung.
Zulkardi. 2002. Developing A Learning
Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian Student
Teachers. Disertasi.
(http://projects.edte.utwente.nl/cascade/i
mei/dissertation/disertasi.html) diakses
20 Juni 2010.
127
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika
128