0% found this document useful (0 votes)
92 views18 pages

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah Menengah Atas

The document discusses improving students' mathematical reasoning abilities and achievement at senior high schools using a constructivist learning approach. It aims to determine the effects of (1) different learning approaches, (2) students' reasoning levels, and (3) the interaction between these two factors on mathematical achievement. The study found that students who learned with a constructivist approach performed better than those with a conventional approach, and students with higher reasoning abilities performed better than those with lower abilities. However, there was no interaction between the learning approach and reasoning level in impacting achievement.

Uploaded by

Khaidir Wijaya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
92 views18 pages

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah Menengah Atas

The document discusses improving students' mathematical reasoning abilities and achievement at senior high schools using a constructivist learning approach. It aims to determine the effects of (1) different learning approaches, (2) students' reasoning levels, and (3) the interaction between these two factors on mathematical achievement. The study found that students who learned with a constructivist approach performed better than those with a conventional approach, and students with higher reasoning abilities performed better than those with lower abilities. However, there was no interaction between the learning approach and reasoning level in impacting achievement.

Uploaded by

Khaidir Wijaya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 18

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PRESTASI

MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA


SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Bambang Riyanto1
Alumni S2 FKIP Unsri / Guru SMA Negeri 1 Kayuagung
E-mail: [email protected]

Rusdy A. Siroj2
Dosen S2 FKIP Unsri
E-mail: [email protected]

ABSTRAK

The research aims are to know (1) the effect of learning approach toward
mathematics echievement, (2) the effect of reasoning level student’s toward
mathematics echievement, and (3) intraction between learning approach and
reasoning level student’s toward mathematics echievement. The research method
that be used is experiment research. Collecting data is conducted by reasoning test
and echievement mathematics test. The research is experimented at Senior High
School number 1 Kayuagung. Population of research is all student at tenth class
grade that involve 7 class. The sample are class X.A that involve 31 student as
experiment class and X.B that involve 31 student as control class. The research
show that the Anova two way for approach learning is obtained F hitung = 15,982 and
Ftabel=4,02, so F hitung > F tabel, or the mathematics echievement student that be
following at constructivism approach is better than at conventional approach. The
anova two way for level reasoning student’s is obtained F hitung = 39,489 and
Ftabel=4,02, so Fhitung> F tabel, or The students that have high level reasoning is better
than the students that have low level reasoning. The analysis of two way Anova for
interaction between the approach learning and the level reasoning student’s is
obtained F hitung = 0,265 and Ftabel=4,02, so F hitung < Ftabel, or there isn’t interaction
between learning approach and the level reasoning student’s to reach mathematics
echievement.

Keywords: Learning Approach, Mathematical Reasoning and Mathematics


Echievement

PENDAHULUAN komponen-komponen dan aturan komposisi atau


pengerjaan yang dapat menjalin hubungan
Matematika pada hakekatnya merupakan secara fungsional antar komponen. Sehingga,
sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu matematika dikenal sebagai pengetahuan yang
sistem aksiomatis, matematika memuat terstruktur, sistematis, tersusun secara hierarkis,

111
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

dan terjalin hubungan fungsional yang erat antar ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi,
komponen. Komponen-komponen tersebut dan generalisasi, menalar secara logik,
adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Ini menyelesaikan masalah (problem solving),
berarti fakta, konsep, prinsip dan prosedur berkomunikasi secara matematika dan
tersebut tersusun secara hierarkis. Hal ini mengkaitkan ide matematika dengan kegiatan
mengharuskan fakta, konsep, prinsip atau intelektual lainnya tergolong berpikir
prosedur yang menjadi prasyarat perlu dikuasai matematika yang non rutin atau tingkat tinggi
oleh peserta didik lebih dahulu, dari fakta, (high order mathematical thinking).
konsep, prinsip atau prosedur lainnya. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang Pendidikan (Depdiknas, 2006) dinyatakan
dikemukakan oleh Sumarmo (2003) bahwa bahwa tujuan mata pelajaran matematika di
matematika dikenal sebagai pengetahuan yang sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan
terstruktur dan sistematis dalam arti bagian- menengah adalah agar siswa mampu
bagian matematika tersusun secara hierarkis dan 1) memahami konsep matematika, menjelaskan
terjalin dalam hubungan fungsional yang erat. keterkaitan antar konsep dan
Dalam mata pelajaran matematika, mengaplikasikan konsep atau algoritma,
kurikulum tahun 2006 memuat rincian topik, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
kemampuan dasar matematika, dan sikap yang pemecahan masalah,
diharapkan dimiliki siswa. Sumarmo (2003) 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
menyatakan bahwa secara garis besar melakukan manipulasi matematika dalam
kemampuan dasar matematika dapat membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
diklasifikasikan dalam lima standar, yaitu (1) menjelaskan gagasan dan pernyataan
mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, matematika,
prosedur, prinsip dan ide matematika (2) 3) memecahkan masalah yang meliputi
menyelesaikan masalah matematika kemampuan memahami masalah, merancang
(mathematical problem solving) (3) bernalar model matematika, menyelasaikan model,
matematika (mathematical reasoning) (4) dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
melakukan koneksi matematika (mathematical 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
connection) dan (5) komunikasi matematika tabel, diagram atau media lain untuk
(mathematical communication). Selanjutnya memperjelas keadaan atau masalah,
Sumarmo (2003) menyatakan bahwa 5) memiliki sikap menghargai kegunaan
kemampuan memahami ide matematika secara matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
lebih mendalam, mengamati data dan menggali rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

112
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

mempelajari matematika serta sikap ulet dan (2003) menemukan kualitas kemampuan
percaya diri dalam pemecahan masalah. penalaran dan pemahaman matematika siswa
belum memuaskan, yaitu masing-masing sekitar
Berdasarkan tujuan di atas bahwa salah
49 % dan 50 % dari skor ideal.
satu tujuan mata pelajaran matematika di
Khusus untuk materi geometri, hasil
sekolah adalah menggunakan penalaran pada
penelitian bahwa penalaran siswa dalam ide
pola dan sifat, melakukan manipulasi
geometri masih kurang, yaitu yang dikemukakan
matematika dalam membuat generalisasi,
oleh Mistretta (2009) bahwa “Carroll found that
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
junior high and senior high school students often
pernyataan matematika. Ini juga didukung oleh
lacked experience in reasoning about geometric
Ball, Lewis & Thamel (dalam Widjaya, 2010)
ideas”. Hal ini menunjukkan perlunya
bahwa “mathematical reasoning is the
peningkatan kemampuan penalaran siswa di
foundation for the construction of mathematical
sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan
knowledge”. Hal ini berarti penalaran
analisis ulangan harian juga menunjukkan
matematika adalah fondasi untuk mendapatkan
bahwa hanya 10% siswa yang hanya mampu
atau menkonstruk pengetahuan matematika.
menyelasaikan soal penalaran dan pembuktian
Dengan demikian berarti guru di sekolah dasar
dengan benar. Berdasarkan pengalaman peneliti
dan menengah harus mengembangkan
sebagai guru di SMA Negeri 1 Kayuagung dan
kemampuan penalaran siswa dalam
wawancara dengan teman guru bahwa materi
pembelajaran matematika. Selanjutnya Jhonson
dimensi tiga selalu tidak mencapai Kriteria
dan Rising (1972) menyatakan bahwa
Ketuntasan Minimum (KKM), dan siswa
“mathematics is a creation of the human mind,
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
concened primarily with idea processes and
soal dimensi tiga dan prestasi matematika siswa
reasoning”. Ini berarti bahwa matematika
juga masih kurang. Di SMA Negeri 1
merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada
Kayuagung dalam pembelajaran matematika
intinya berkait dengan ide-ide, proses-proses dan
juga masih menggunakan pendekatan
penalaran. Dengan demikian, guru matematika
konvensional.
seharusnya mengembangkan kemampuan
Salah satu penyebab kurangnya
penalaran siswa di dalam proses pembelajaran
kemampuan penalaran dan prestasi matematika
matematika, tetapi kenyataan di lapangan
siswa adalah proses pembelajaran yang
berdasarkan hasil penelitian kemampuan
dilakukan oleh guru di kelas kurang melibatkan
penalaran siswa masih kurang, seperti yang
siswa dalam proses pembelajaran atau tidak
dikemukakan oleh laporan penelitian Priatna
terjadi diskusi antara siswa dengan siswa dan

113
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran, pembelajaran dengan pendekatan konvensional
siswa tidak mengeksplorasi, menemukan sifat- ini siswa menyelesaikan banyak soal tanpa
sifat, menyusun konjektur kemudian mengujinya pemahaman yang mendalam, tidak melakukan
tetapi hanya menerima apa yang diberikan oleh eksplorasi, menemukan sifat-sifat, menyusun
guru atau siswa hanya menerima apa yang dan mengevalusi konjektur. Hal ini akan
dikatakan oleh guru. Seperti yang dikemukakan mengakibatkan kemampuan penalaran siswa
oleh Noraini (2000) bahwa: tidak berkembang sehingga prestasi matematika
“students learn geometry by memorizing kurang. Ini juga sejalan dengan pendapat
geometric properties rather than by exploring Turmudi (2008) bahwa strategi pembelajaran
and discovering the underlying properties. yang bersifat menekankan kepada hafalan (drill)
Another problem is that traditional approaches atau rote learning serta mengutamakan kepada
of geometry instruction do not seem to help routine computation atau algebraic procedural
students achieve the intended learning outcomes hendaknya sudah harus dikurangi dan diganti
in the curriculum. By using just textbooks and dengan cara menekankan kepada pemahaman.
chalkboards, classroom geometry experiences Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian
hamper optimal learning”. Ratnaningsih (2004) bahwa kemampuan
penalaran matematika, koneksi matematika,
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu pemecahan masalah matematika dan
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan keseluruhan aspek melalui pembelajaran
dalam geometri adalah pendekatan yang konvensional tergolong kurang. Selanjutnya
digunakan dalam pembelajaran matematika hasil penelitian Lasati (2007) bahwa
adalah menggunakan pendekatan konvensional. Pembelajaran Teorema Phytagoras dengan
Pada pembelajaran ini guru memberikan menggunakan pendekatan konstruktivisme
definisi, sifat-sifat geometri dan memberikan dinyatakan efektif. Hasil penelitian ini juga
contoh soal, siswa hanya pasif atau siswa tidak didukung oleh hasil penelitian Abdurahman
melakukan eksplorasi, membuktikan sifat-sifat, (2002) bahwa model pembelajaran
menyusun konjektur kemudian mengevalusinya konstruktivisme dapat meningkatkan perolehan
dan tidak terjadi diskusi kelompok atau antar belajar yang cukup signifikan.
kelompok, guru yang aktif dalam pembelajaran, Guru pada sekolah dasar dan menengah
sedangkan siswa hanya menerima materi. Ini harus mencari alternatif pendekatan
merupakan salah satu penyebab rendahnya pembelajaran, agar kemampuan penalaran dan
kualitas pemahaman siswa terhadap matematika prestasi matematika siswa dalam mata pelajaran
(Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA, 1999). Pada matematika meningkat. Salah satu alternatif

114
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan the students themselves have to be the primary
adalah pendekatan konstruktivisme untuk actors. Hal ini juga didukung pula oleh Anthony
meningkatkan kemampuan penalaran siswa (1999) bahwa:
dalam mata pelajaran matematika. Dalam
 “learning is a process of knowledge
pembelajaran matematika dengan pendekatan
construction, not of knowledge
konstruktivisme, siswa mengkonstruk sendiri
recording or absorption;
pengetahuannya di dalam benaknya baik secara
individu maupun bersama teman (diskusi),  learning is knowledge-dependent;

dalam usaha mengembangkan kemampuan people use current knowledge to

penalarannya, seperti yang dikemukakan oleh construct new knowledge;

Wallace, Engel dan Mooney (dalam Asra dan  the learner is aware of the processes of

Sumiati, 2007: 47-48) bahwa teori belajar cognition and can control and regulate

kognitif memiliki postulat “untuk them”.

pengembangan penalaran pembelajaran harus


dalam bentuk diskusi kelompok”. Dalam METODOLOGI PENELITIAN

pembelajaran konstruktivisme, siswa


mengkonstruksi pengetahuannya melalui diskusi Metode

kelompok sehingga akan mampu meningkatkan Metode penelitian yang digunakan


kemampuan penalaran dan prestasi matematika adalah metode eksprimen, dengan desain yang
siswa. Hal ini bertentangan dengan pembelajaran digunakan adalah desain faktorial 2  3, seperti
konvensional bahwa guru hanya memindahkan yang digambarkan pada Tabel 1.
pengetahuannya kepada siswa atau siswa hanya
menerima pengetahuan yang sudah jadi dari Tabel 1
Rancangan Penelitian
gurunya, sehingga pembelajaran seperti ini
kurang mampu meningkatkan kemampuan A
penalaran siswa. Pendekatan
Konstruktivisme Konvensional
Dalam pembelajaran matematika siswa
Pembelajaran
harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
seperti yang dikemukankan oleh Slavin (2000)
Kemampuan
bahwa students must construct knowledge in Penalaran
Penalaran Tinggi
their own mind. Hal ini juga didukung oleh
B Penlaran Sedang
Glaserfeld (dalam Yevdokimov,1999) bahwa Penalaran Rendah

learning is a process of construction in which

115
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

1. Populasi dan Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN


Populasi dalam penelitian ini adalah
Hasil Penelitian
siswa kelas X SMA Negeri 1 Kayuagung pada
Prestasi matematika siswa adalah nilai tes
tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri atas 7
matematika pada pokok bahasan dimansi tiga
kelas, sedangkan sampel dalam penelitian ini
setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi
diambil dua kelas secara cluster random
matematika siswa tersebut diperoleh setelah
sampling dari 7 kelas, yang terpilih kelas X B
siswa mengikuti tes akhir (postes). Kelas
sebagai kelas kontrol dan kelas X A sebagai
eksperimen yang pembelajarannya dengan
kelas eksprimen.
pendekatan konstruktivisme diikuti oleh 31
2. Teknik Pengumpulan Data siswa. Sedangkan kelas kontrol pembelajarannya
Pada penelitian ini teknik pengumpulan dengan pendekatan konvensional diikuti oleh 31
data dengan tes. Metode Tes siswa. Skor hasil tes akhir (postes) dari kelas
terdiri dari: (i) Tes penalaran. Tes penalaran, eksperimen dan kelas kontrol penulis cantumkan
digunakan untuk memperoleh data mengenai pada lampiran.
kemampuan penalaran siswa; (ii) Tes prestasi Dalam penelitian ini siswa
matematika, digunakan untuk memperoleh data dikelompokkan kedalam tiga kelompok
mengenai kemampuan matematika siswa. penalaran, kelompok penalaran tinggi, kelompok
Sebelum perangkat instrumen tes ini digunakan penalaran sedang, dan kelompok penalaran
terlebih dahulu dilakukan Validasi bahasa; validasi rendah berdasarkan pendapat Suherman dan
Content; dan ujicoba. Hasil validasi dan ujicoba Sukjaya (1990: 290):
menunjukkan bahwa istrumen ini sudah valid dan Kelompok penalaran tinggi: nilai  X + 1S
reliable.
Kelompok penalaran sedang:
X - 1S  nilai < X + 1S
Teknik Analisis Data
Kelompok penalaran rendah: nilai < X - 1S
Teknik analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah Analisis Anova Tabel 2
Dua Jalur, sebelum Analisis Anova Dua Rataan dan simpangan baku skor tes prestasi
matematika
Jalur terlebih dahulu dilakukan uji
Tingkat Pendekatan Pembelajaran
Normalitas dan Homogennitas. Semua
Penalaran Konstruktivisme Konvensional
perhitungan analisis data ini menggunakan
program SPSS for Windows Tingkat 𝑋= 74,95 𝑋= 61,28
Penalaran S = 6,47 S = 8,04

116
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

Tinggi n=4 n=5 Selain uji normalitas, juga akan


dilakukan uji kehomogenan data, yaitu seperti

Tingkat 𝑋= 52,81 𝑋= 40,28 pada tabel berikut ini:

Penalaran S = 9,51 S = 6,82


Tabel 4
Sedang n=23 n=23 Uji Kehomogenan Varians Tes Prestasi Matematika
Tingkat 𝑋= 37,275 𝑋= 29,17
F Dk F Kesimpulan
Penalaran S = 6,28 S = 9,08
hitung tabel
Rendah n=4 n=3
Postes 1,33 (30,30) 2,38 Homogen

Skor prestasi matematika siswa setelah Kriteria pengujian adalah F hitung < F tabel
mendapat pembelajaran dalam materi dimensi untuk =0,01 adalah terima Ho, artinya data
tiga yang merupakan hasil tes akhir (postes), bersifat homogen, sehingga berdasarkan tabel di
baik kelas konstruktisme maupun kelas atas menunjukkan bahwa varians dua kelompok
konvensional berdistribusi normal. Kesimpulan (eksperimen dan kontrol) untuk tes prestasi
bahwa seluruh data atau skor prestasi matematika adalah homogen.
matematika siswa berdistribusi normal, karena Dari uji kesamaan dua rataan prestasi
setelah dilakukan pengujian menggunakan siswa antara kelas Pembelajaran dengan
statistik Chi-Kuadrat (  ), pada setiap kelas
2
pendekatan konstruktivisme (eksperimen)

nilai  hasil perhitungan kurang dari  dari


2 2 dengan kelas konvensional (kontrol), dengan uji
t, didapat thitung = 3,56, dengan probabilitas 0,01.
tabel. Selengkapnya uji normalitas data
Karena probabilitas < 0,05, maka dapat
kecemasan matematika siswa tersebut
disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi
dirangkum dalam tabel berikut :
matematika siswa kelas eksperimen dengan

Tabel 3 kelas kontrol atau prestasi matematika siswa


Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Matematika kelas konstruktivisme lebih baik secara
signifikan dari kelas kontrol.
Kelas 2 2 Kesimpulan
hitung table
Besaran-besaran statistik yang diperoleh
( = pada tabel di atas selanjutnya akan diuji secara
0,05)
Konstruktivisme 3,38 11,3 Berdistribusi statistik. Pengujian hipotesis penelitian
normal dilakukan dengan anova dua jalur, dengan
Konvensional 6,72 11,3 Berdistribusi
normal menggunakan program SPSS untuk mengetahui
kelompok mana yang lebih unggul secara

117
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

signifikan. Tujuan anova 2 jalur adalah 3. Ho3 : Tidak terdapat interaksi yang
menyelidiki dua pengaruh utama (main effect) signifikan antara tingkat
penalaran dan pendekatan
dan satu pengaruh interaksi (interaction effect).
pembelajaran terhadap prestasi
Pengaruh utama yaitu perbedaan Pendekatan matematika siswa
Pembelajaran Konstruktivisme dan Ha3 : Terdapat interaksi yang
signifikan antara tingkat
Konvensional terhadap Prestasi Matamatika
penalaran dan pendekatan
Siswa dan kemampuan penalaran siswa terhadap pembelajaran terhadap prestasi
Prestasi Matematika Siswa. Pengaruh interaksi matematika siswa.
Selanjutnya dari analisis varian dua arah
adalah pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan
dengan menggunakan interaksi, diperoleh hasil
Kemampuan Penalaran terhadap Prestasi
perhitungan sebagai berikut:
Matematika Siswa.

Tabel 9
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: Hasil Perhitungan Anova 2 x 2
Variabel terikat:: Hasil_Tes_Matematika
1. Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara prestasi Kua
drat
matematika yang mengikuti
Tipe III rata
pembelajaran dengan
Jumlah D - Sig Kuadrat
pendekatan konstruktivisme Sumber Kuadrat f rata F . Eta parsial
dan dengan konvensional Kebenaran 144
7212,73 21,9 ,00
Ha1 : Terdapat pengaruh yang model 5 2,54 ,662
7(a) 52 0
signifikan prestasi matematika 7
antara siswa yang mengikuti Intersep
78082,0
780 118
,00
pembelajaran dengan 1 82,0 8,23 ,955
56 0
56 6
pendekatan konstruktivisme
Pendekatan_ 105
dan dengan pendekatan Pembelajaran
1050,24
1 0,24
15,9 ,00
,222
konvensional 1 82 0
1
Tingkat_Pen 259
5189,78 39,4 ,00
alaran 2 4,89 ,585
2. Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang 3 89 0
1
signifikan prestasi matematika
Pendekatan_
antara siswa yang memiliki Pembelajaran
17,4 ,76
kemampuan penalaran tinggi, * 34,845 2 ,265 ,009
22 8
sedang dan rendah Tingkat_Pen
Ha2 : Terdapat pengaruh yang alaran

signifikan prestasi matematika Kesalahan 3679,90 65,7


56
4 13
antara siswa yang memiliki
Total 154482,
kemampuan penalaran tinggi, 722
62

sedang dan rendah Kebenaran 10892,6


61
Total 41

118
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

Berdasarkan hasil perhitungan Anova-2 hitung > F tabel, hal ini berarti hipotesis statistik
jalur tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai (Ho) kedua ditolak. Dengan demikian dapat
berikut: disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
1. Perbedaan Antara Prestasi Matematika matematika yang signifikan antara siswa yang
Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan memiliki tingkat penalaran tinggi, sedang dan
Pendekatan Konstruktivisme dan dengan rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor
Pendekatan Konvensional. prestasi matematika siswa yang memiliki
Dari Tabel Anova di atas untuk kemampuan penalaran tinggi lebih baik daripada
pendekatan pembelajaran diperoleh harga Fhitung siswa yang memiliki tingkat penalaran sedang
= 15,982. sedangkan F tabel untuk  =0,05, df dan yang memiliki tingkat penalaran sedang
pembilang =1 dan df penyebut = 58 adalah lebih baik daripada siswa yang memiliki tingkat
Ftabel = F (1, 58, ) = 4,02. Dengan demikian F penalaran rendah.

hitung > F tabel, hal ini berarti hipotesis statistik 3. Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan
(Ho) pertama ditolak. Dengan demikian dapat Tingkat Kemampuan Penalaran Terhadap
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi Prestasi Matematika
matematika siswa yang signifikan antara siswa Dari hasil penelitian diperoleh data
yang mengikuti pembelajaran dengan mengenai rata-rata prestasi matematika dengan
pendekatan konstruktivisme dan konvensional. Pendekatan Konstruktivisme pada siswa yang
Rata-rata prestasi belajar dengan pendekatan memiliki penalaran tinggi adalah 74,95, siswa
konstruktivisme adalah 53,66 sedangkan dengan yang memiliki penalaran sedang adalah didapat
pendekatan konvensional adalah 42,32, sehingga rata-ratanya 52,81 dan siswa yang memiliki
dapat disimpulkan bahwa prestasi matematika penalaran rendah didapat rata-ratanya 37,275.
siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan Sedangkan prestasi matematika siswa dengan
konstruktivisme adalah lebih baik daripada pendekatan konvensional pada siswa yang
dengan pendekatan konvensional. memiliki penalaran tinggi adalah didapat rata-
2. Perbedaan Prestasi Matematika antara Siswa ratanya 61,28, siswa yang memiliki penalaran
yang memiliki kemampuan Penalaran sedang didapat rata-ratanya 40,28, dan siswa
Tinggi, Sedang dan Rendah. yang memiliki penalaran rendah didapat rata-
Dari Tabel Anova di atas untuk tahap ratanya 29,17.
penalaran diperoleh harga Fhitung = 39,489. Untuk mengetahui ada atau tidak

Sedangkan F tabel untuk  = 0,05 dan df interaksi Penggunaan Pendekatan pembelajaran

pembilang = 1 serta df penyebut = 58 adalah dan tingkat kemampuan penalaran terhadap

Ftabel=F (1, 58, ) = 4,02. Dengan demikian F pencapaian prestasi matematika. Berdasarkan

119
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

tabel anova di atas diperoleh F hitung = 0,265 pengetahuan adalah cukup baik, hal ini
sedangkan F tabel diketahui sebesar 4,02. menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
Karena Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol siswa sudah mengaktifkan pengetahuan yang
diterima. Hal ini berarti Tidak ada interaksi yang sudah dimilikinya dalam rangka mengkonstruk
signifikan dalam penggunaan pendekatan pengetahuan baru melalui proses diskusi.
pembelaran dan tingkat kemampuan penalaran Pengetahuan awal sangat penting untuk
terhadap prestasi matematika. Gambar bentuk membangun pengetahuan baru seperti yang
tidak terdapat interaksi tersebut dapat dilihat dikemukakan oleh Ernest (1991, 84) bahwa
pada gambar berikut : pengetahuan awal (pengetahuan subjektif
matematika) berperan dalam membuat atau
Estimated Marginal Means of Hasil_Tes_Matematika

mengkonstruksi pengatahuan baru (pengetahuan


80.00 Tingkat_Penalaran
Tinggi

70.00
Sedang
Rendah objektif matematika) melalui interaksi sosial, hal
Estimated Marginal Means

60.00 ini didukung juga oleh Sumarmo (2010) bahwa


50.00
salah satu disposisi kuat dan prilaku cerdas
40.00

adalah memanfaatkan pengalaman lama untuk


30.00

20.00
membentuk pengetahuan baru, misalnya
Konstruktivisme Konvensional

Pendekatan_Pembelajaran
melakukan analogi dan berusaha mengaitkan

Gambar 3 Plot Interaksi Kemampuan Penalaran dan pengalaman lama terhadap kasus serupa yang
Pendekatan Pembelajaran dihadapi. Hal ini juga sejalan dengan Bruner
(1973) bahwa pembelajaran dikatakan efektif
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adalah ketika siswa dapat lebih berkembang
terdapat interaksi yang signifikan antara tahap dengan memanfaatkan informasi yang telah
penalaran siswa dan pendekatan pembelajaran diterima atau dikenal dengan istilah “Going
terhadap pencapaian prestasi matematika siswa. beyond the information given”, misalnya melihat
Hal ini berarti prestasi matematika siswa yang di balik apa yang tertulis, sehingga siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan menggunakan pengetahuan yang baru secara
konstruktivisme lebih baik daripada dengan aktif untuk mengkonstruksi makna. Hal tersebut
pembelajaran konvensional untuk setiap mengindikasikan bahwa pada proses
kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa. pembelajaran yang efektif, siswa tidak sekadar
menjadi penerima informasi yang pasif
PEMBAHASAN melainkan harus mengkonstruksi tentang topik
Berdasarkan kemampuan siswa pada yang dipelajari. Pada kesempatan seperti ini
kelompok eksperimen dalam membangun siswa berkesempatan memberdayakan apa yang

120
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

telah diketahuinya, sehingga pengetahuan ysng orang yang tahap penalarannnya konkret, 1
telah dimilikinya berkesempatan untuk orang meningkat menjadi awal formal dan 1
disegarkan. Dalam penelitian ini, kemampuan orang menjadi transisi. Dari satu orang siswa
siswa dalam mengilustrasikan pengetahuan awal yang tahap penalarannya awal formal setelah
adalah sangat baik, sehingga dengan dilakukan pembelajaran konstruktivisme
pembelajaran konstruktivisme ini siswa akan penalarannya tetap tahap awal formal.
baik dalam penguasaan konsep yang Setelah dilakukan pembelajaran dengan
dipelajarinya. Dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol.
pendekatan konstruktivisme terjadi interaksi Dari 19 orang siswa yang tahap penalarannya
dalam kelompok, yaitu pada tahap eksplorasi konkret, ada 10 orang siswa meningkat menjadi
dan interaksi antar kelompok, yaitu pada tahap tahap transisi dan 9 orang tetap pada tahap
diskusi dan penjelasan konsep. Pada konkret. Dari 12 orang siswa yang tahap
pembelajaran konstruktivisme ini, guru berperan penalarannya transisi, ada 1 orang yang turun
sebagai fasilitator, moderator, dan membimbing menjadi konkret dan 11 orang tetap pada tahap
siswa dalam proses mengkonstruksi transisi.
pengetahuan baru. Berdasarkan pada peningkatan tahap
Pada tes penalaran menunjukkan bahwa penalaran siswa di atas, dapat disimpulkan
pada tes awal (pretes) kemampuan penalaran bahwa pembelajaran dengan pendekatan
siswa pada kelompok eksperimen lebih baik konstruktivisme lebih baik daripada pendekatan
daripa siswa pada kelompok kontrol. Pada pretes konstruktivisme dalam meningkatkan
untuk kelas eksperimen terdapat 2 orang siswa kemampuan penalaran siswa. Sehingga
yang penalarannya konkret, 28 orang siswa yang pembelajaran dengan pendekatan
penalarannya transisi serta 1 orang siswa yang konstruktivisme lebih baik daripada
penalarannya awal formal, sedangkan untuk pembelajaran dengan pendekatan konvensional
kelas kontrol terdapat 19 orang siswa yang tahap dalam meningkatkan kemampuan penalaran
penalarannya konkret dan 12 orang siswa yang siswa.
penalarannya transisi. Setelah dilakukan Berdasarkan peningkatan tahap
pembelajaran dengan pendekatan penalaran siswa, pada pembelajaran dengan
konstruktivisme pada kelas eksperimen dan pendekaran konstruktivisme yang menunjukkan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. bahwa pembelajaran dengan pendekatan
Pada kelas eksperimen, dari 28 orang siswa konstruktivisme lebih baik baik dalam
yang penalarannya transisi, ada 14 orang siswa meningkatkan tahap penalaran daripada dengan
meningkat menjadi tahap awal formal, dari 2 pendekatan konvensional. Sehingga dapat

121
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

disimpulkan bahwa kemampuan penalaran siswa penalaran dan prestasi matematika siswa. Hal ini
dengan pembelajaran konstruktivisme lebih baik sesuai dengan pendapat Sumarmo (2003) bahwa
daripada dengan pembelajaran konvensional. salah satu kemampuan dasar matematika adalah
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa bernalar matematika (mathematical reasoning).
belum ada siswa yang memiliki kemampuan Berdasarkan analisis anova dua jalur
penalaran formal. Keadaan ini menunjukkan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi
bahwa siswa di SMA Negeri 1 Kayuagung antara kemampuan penalaran dan pendekatan
belum mampu berpikir formal. Sehingga dengan pembelajaran terhadap prestasi matematika
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan siswa. Hal ini berarti pada semua tingkat
konstruktivisme akan mampu meningkatkan kemampuan penalaran siswa, prestasi
kemampuan penalaran siswa sekolah menengah matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
atas. dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik
Selain itu juga dengan uji-t menunjukkan dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran
bahwa kemampuan penalaran siswa pada tes dengan pendekatan konvensional. Hal ini berarti
akhir untuk siswa yang pembelajaran dengan bahwa prestasi matematika siswa dengan
pendekatan konstruktivisme adalah lebih baik pembelajaran pendekatan konstruktivisme
daripada dengan pembelajaran konvensional. adalah lebih baik daripada dengan pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis anova dua konvensional untuk semua tingkat kemampuan
jalur juga menunjukkan bahwa terdapat penalaran siswa.
pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap Siswa kelas X SMA Negeri 1 pada
prestasi matematika siswa yaitu pembelajaran umumnya berusia 16 tahun. Jika dikaitkan
dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dengan tahap perkembangan intelaktual yang
daripada dengan pendekatan konvensional. dikemukakan oleh Piaget, usia tersebut berada
Dilihat dari kemampuan penalaran siswa juga pada tahap operasi formal. Kenyataan di
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lapangan menunjukkan bahwa belum ada siswa
kemampuan penalaran terhadap prestasi siswa yang kemampuan berpikirnya pada tahap
yaitu siswa yang kemampuan penalarannya formal. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran
tinggi memiliki prestasi matematika yang lebih matematika dengan pendekatan konstruktivisme
baik daripada siswa yang kemampuan dalam rangka meningkatkan kemampuan
penalarannya rendah. Ini berarti bahwa penalaran dan prestasi matematika siswa
kemampuan penalaran berpengaruh terhadap Sekolah Menengah Atas.
prestasi matematika. Dengan demikian terdapat
hubungan yang erat antara kemampuan

122
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

SIMPULAN 2. Bagi guru matematika, sebaiknya


menggunakan pendekatan konstruktivisme
Dari hasil penelitian ini dapat sebagai alternatif dalam memperkaya variasi
dikemukakan simpulan sebagai berikut: pembelajaran sehingga siswa dapat
1. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran mengkonstruksi sendiri pengetahuannya yang
terhadap prestasi siswa, yaitu prestasi siswa akan berimplikasi terhadap peningkatan
yang pembelajarannya dengan pendekatan kemampuan penalaran dan prestasi
konstruktivisme adalah lebih baik daripada matematika.
dengan pendekatan konvensional. 3. Bagi peneliti lain, bagi peneliti yang berminat
2. Terdapat pengaruh kemampuan penalaran lebih mendalami telaah dalam penelitian ini,
terhadap prestasi siswa, yaitu prestasi siswa disarankan dapat mengambil sampel yang
yang kemampuan penalarannya tinggi lebih lebih banyak lagi dan mengambil lebih
baik daripada siswa yang penalarannya banyak lagi variabel lain yang dapat
rendah. memprediksi prestasi matematika siswa
3. Berdasarkan analisis anova dua jalur, tidak Sekolah Menengah Atas, sebagai contoh
terdapat interaksi antara pendekatan adalah variabel minat siswa.
pembelajaran dan kemampuan penalaran
terhadap prestasi siswa. Hal ini berarti DAFTAR PUSTAKA
prestasi matematika siswa dengan pendekatan
konstruktivisme lebih baik daripada dengan Adurahman, Maman. 2002. Efektifitas Model
pendekatan konvensional untuk semua level Konstruktivis dalam Pembelajaran
atau tahap kemampuan penalaran siswa. Matematika pada Siswa SMU. Tesis
Magister pada PPS UPI Bandung Press:
SARAN Tidak Diterbitkan.
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi
Berdasarkan hasil penelitian dan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
simpulan di atas, peneliti dapat menyarankan: Rineka Cipta.
1. Bagi siswa, agar terus aktif belajar Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
matematika melalui proses diskusi untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
mengkonstruk pengetahuan matematika Rineka Cipta.
sehingga kemampuan penalaran dan prestasi Asra; Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran.
matematika meningkat. Bandung: CV Wacana Prima

123
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

Brewer, William F. 2008. Learning Teory: http://www.prainbow.com/cld/cldp.html


Constructivist Approach. , diakses 20 Juni 2010)
(http://www.answer.com/topic/learning_t Jhonson, D.A.; Rising, D.R. 1972. Guidelines
eory_constructivist_approach_47_k, for Teaching Mathematics. Jakarta:
diakses 2 Januari 2009) Departemen Pendidikan dan
Bruner, L. (1973). Going Beyond the Kebudayaan.
Information Given. New York: Norton Jumroh. 2003. Pengaruh Belajar dalam
Kelompok Kecil dan Kemampuan
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Penalaran Logis terhadap Prestasi
Pendidikan. Jakarta: Balitbang Belajar Matematika Siswa SMU. Tesis
Depdiknas. Magister pada PPS UPI Bandung Press:
................2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Tidak Diterbitkan.
Jakarta: Depdiknas Kunandi. 2009. Penalaran Matematika. (online)
………. 2004. Peraturan tentang Penilaian http://file.upi.edu/Direktori/D%20-
Perkembangan Anak Didik SMP No. %20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20MA
506/C/Kep/PP/2004 Tanggal 11 TEMATIKA/196903301993031%20-
November 2004. Jakarta: Ditjen %20KUSNANDI/Penalaran%20Matema
Dikdasmen Depdiknas. tika%20SMP.pdf [diakses, 17 Juli 2010]
Djaali & Muljono, Pudji. 2004. Pengukuran Lasati, Dwi. 2007. Penerapan Pendekatan
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Konstruktivisme Pada Pembelajaran
Program Pascasarjana Universitas Negeri Teorema Pythagoras di kelas 8 SMP.
Jakarta. Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No. 1,
Dzaki, Muhammmad Faiq. 2009. Teori Belajar September 2007.
Konstruktivis dalam Pembelajaran (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/200
Fisika. 9/09/vol-3-no-1-dwi-lasati.pdf , diakses 2
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.c Januari 2009)
om/2009/03/teori-belajar-konstruktivis- Maja, Ibnu. 2006. Pendekatan Konstruktivisme
dalam.html, diakses 2 Januari 2009) dalam Pembelajaran Matematika.
Ernest, Paul. 1991. The Philosophy of (http://pustaka.polisriwijaya.ac.id/files/di
Mathematics Education. London: The sk1/6/sstppolsri-gdl-ibnumajass-252-
Falmer Press 2bahanse-
Gagnon, George W; Colley, Michelle. 2006. 2.doc?PHPSESSID=3cda)a56a8e7faedf2
Constructivist Learning Design.

124
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

15d31b7333b303, diakses tanggal 12 Ratnaningsih, Nani. 2004. Pengembangan


Januari 2010) Kemampuan Berfikir Matematik Siswa
Nasoetion, N. 2007. Evaluasi Pembelajaran SMU Melalui Pembelajaran Berbasis
Matematika. Jakarta : Universitas Masalah. Tesis Magister pada PPS UPI
Terbuka Bandung Press: Tidak Diterbitkan.
Noraini. 2000. Teaching and Learning of Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru
Geometry: Problems and Prospects. Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi
(online) Pendidik dalam Implementasi
http://myais.fsktm.um.edu.my/5101/ - Pembelajaran yang Efektif dan
61k – [diakses 26 Desember 2009] Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Rochmad. 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif
Mistretta, Regina M. 2009. Enhancing
– Deduktif dalam Pembelajaran
Geometric Reasoning. (online)
Matematika Beracuan Konstruktivisme.
http://findarticles.com/p/articles/mi_m22
Makalah Seminar Nasional Pendidikan
48/is_138_35/ai_66171011/pg_6/?tag=c
Sertifikasi Guru: Meningkatkan Kualitas
ontent;col1 [diakses 24 Desember 2009]
Matematika di Indonesia. Di Kampus
Pascasarjana UNNES Semarang, tanggal
Murphy, Elizabeth. 2007. Characteristics of
16 Januari 2008 (online) http://rochmad-
Constructivist Learning & Teaching.
unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaa
(online).
n-pola-pi... - 94k [diakses 24 Desember
http://www.ucs.mun.ca/~emurphy/stemn
2009]
et/cle3.html [diakses 20 Juni 2010]
Sabandar, Jozua. 2008. Pembelajaran
Priatna, N. 2003. Kemampuan Penalaran dan Matematika dengan Menggunakan
Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 Model. (online) http://www.ditnaga-
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dikti.org/ditnaga/files/PIP/mat-
Negeri di Kota bandung. Disertasi inovatif.pdf [diakses 16 Juli 2010]
Doktor pada PPS IKIP Bandung Press: Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung:
Tidak Diterbitkan. Tarsito
Purwadarminta. 1989. Kamus Lengkap Bahasa Suherman, E dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi
------------. 1998. Kamus besar Bahasa Pendidikan Matematika. Bandung:
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Wijaya Kusumua

125
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

Suksmono. 2006. Penalaran Matematika. 20Bersaing%2009.pdf [diakses, 17 Juli


(online) 2010]
http://radar.ee.itb.ac.id/~suksmono/Lectu Somarmo, Utari. 2010. Berfikir dan Disposisi
res/el2009/ppt/3.%20Penalaran Matematik: Apa, Mengapa dan
%20Matematika.pdf [diakses, 17 Juli Bagaimana Dikembangkan pada Peserta
2010] Didik. (online)
Sumarmo, U. 1987. Kemampuan Pemahaman http://math.sps.upi.edu/wp-
dan Penalaran Matematika Siswa SMA content/uploads/2010/10/Berfikir-
Dikaitkan dengan Kemampuan Disposisi-Matematk-.pdf [diakses, 12
Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Juni 2010]
Unsur Proses Belajar Mengajar, Studi Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi
Deskriptif Analitis terhadap Siswa SMA Penelitian. Jakarta: raja Grafindo
Negeri dari Tujuh Kota di Jawa Barat. Persada
Disertasi Doktor Pada PPS IKIP Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology:
Bandung Press: Tidak Diterbitkan. Theory and Practice. Boston: Allyn &
Sumarmo, U. 2003.Berfikir Matematik Tingkat Bacon.
Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Suparno, Paul. 2006. Filsafat Konstruktivisme
Dikembangkan pada Siswa SD dan SM dalam Pendidikan. Yogyakarta:
dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah Kanisius.
Seminar Nasional dan Lokakarya, FKIP Suparno, Paul, et al. 2002. Reformasi
Universitas Sriwijaya, Palembang 20-21 Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Agustus 2003 Tessmer, Martin. 1993. Planning and
Sumarmo, Utari; Kusnandi, Jupri, Al. 2009. Conducting Formative Evaluation.
Perluasan Strategi Abduktif-Deduktif London, Philadelphia: Kogan Page.
Pada Topik-Topik Esensial Matematika Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori
Sekolah Menengah untuk Meningkatkan Pembelajaran Matematika
Penalaran Matematika Mahasiswa (Berparadigma Eksploratif dan
Calon Guru (online) Investigatif). Jakarta: Leuser Cita
http://file.upi.edu/Direktori/D%20- Pustaka.
%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20MA Uno, Hamzah.B. 2007. Metode Pembelajaran :
TEMATIKA/196903301993031%20- Menciptakan Proses Belajar Mengajar
%20KUSNANDI/Usul%20%20Hibah% yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi
Aksara.

126
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011

Widjaya, Wanti. 2010. Design Realistic Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis
Mathematics Education Lesson. Makalah mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yusuf
Seminar Nasional Pendidikan, Program Hartono sebagai pembimbing yang telah
Pascasarjana Universitas Sriwijaya, memberikan bimbingan selama penulisan
Palembang 1 Mei 2010. tesis.
Winarno, Surahmad, 1980. Metodologi
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Yevdokimov. 1999. About a Constructivist
Approach for Stimulating Students’
Thinking to Produce Conjecture and
Their Proving in Active Learning of
Geometry. (online)
http://eprints.usq.edu.au/3352/1/1-
Yevdokimov_CERME4.pdf [diakses 24
Desember 2009]
Zulkardi. (2001). Realistic Mathematics
Education (RME) dan Contoh
Pengajarannya pada Aljabar Linear di
Sekolah Menengah. Makalah pada
Seminar Sehari Realistic Mathematics
Education. UPI Bandung.
Zulkardi. 2002. Developing A Learning
Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian Student
Teachers. Disertasi.
(http://projects.edte.utwente.nl/cascade/i
mei/dissertation/disertasi.html) diakses
20 Juni 2010.

127
Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika

128

You might also like