Bahasa Indonesia KLP5
Bahasa Indonesia KLP5
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
DOSEN PENGAMPU:
Anis Hafawati, M.Pd
DISUSUN OLEH:
Fanji Rahmat Haqiqi
Muhammad Hafiz
Lusi Ningdiawati
Siti Hana Dzakirah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Konsep Penulisan Unsur Serapan” dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Anis
Hafawati, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas ini.
Dengan keseriusan dan ketekunan dalam pembuatan makalah ini, harapan kami
dapat memberikan manfaat kepada teman – teman dan para pembaca, khususnya
memotivasi untuk membuat penulisan unsur serapan dengan baik dan benar. Serta
dapat menjadi pembelajaran bagi kami dalam pembuatan sebuah makalah,
terkhusus dalam materi unsur serapan.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Konsep Penulisan Unsur Serapan. Juga
mengenai materi-materi lainnya yang berkaitan dengan Unsur Serapan. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Akhir
kata semoga makalah ini, dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman dan pembaca,
untuk lebih mengenal penulisan unsur serapan.
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3
1.2 Ejaan Bahasa Indonesia ........................................................................ 3
1.3 Sejarah dan Perkembangan Ejaan.......................................................... 4
1.4 Fungsi Ejaan........................................................................................... 6
KESIMPULAN............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 14
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
menyamakan cara penulisan kata dan menjaga keselarasan dalam komunikasi
tulis.
4
d. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo
Pada 1957, Profesor Prijono dan Elvianus Katoppo bersama panitia
lainnya merancang sistem ejaan bahasa Indonesia baru yang disebut
Ejaan Pembaharuan.Terbentuknya Ejaan Pembaharuan merupakan hasil
keputusan dari Kongres Bahasa Indonesia I| di Medan, Sumatera
Utara.Akan tetapi, hasil kerja itu tidak pernah diumumkan secara resmi
sehingga Ejaan Pembaharuan belum pernah diberlakukan. Salah satu ciri
khas dari Ejaan Pembaharuan adalah disederhanakannya huruf-huruf
yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Contoh Ejaan
Pembaharuan adalah santay menjadi santai, harimaw menjadi harimau,
dan amboy menjadi amboi. Akan tetapi, hasil kerja itu tidak pernah
diumumkan secara resmi sehingga Ejaan Pembaharuan belum pernah
diberlakukan.
e. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo adalah ejaan hasil kerja sama antara Indonesia
dengan Malaysia pada 1959. Harapannya, Ejaan Melindo dapat mulai
digunakan sejak Januari 1962 di Indonesia. Namun, karena hubungan
diplomatik antara Indonesia dan Malaysia sedang tidak baik, maka
penggunaan Ejaan Melindo pun gagal diberlakukan. Contoh Ejaan
Melindo adalah sedjajar menjadi sejajar, mentjutji menjadi mencuci, dan
menana menjadi menganga
f. Ejaan-Ejaan Baru
Ejaan Baru adalah lanjutan dari perintisan Ejaan Melindo. Oleh
sebab itu, para perancangnya juga dapat dikatakan masih sama, yakni
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) sekarang Pusat Bahasa, serta
panitia ejaan dari Malaysia. Panitia ini kemudian berhasil merumuskan
ejaan baru yang disebut Ejaan Baru. Panitia ini bekerja atas dasar surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67, tanggal 19
5
September 1967. Contoh Ejaan Baru adalah sjarat, djalan, perdjaka,
tjakap, tjipta, dan sunji.
6
BAB II
Unsur serapan adalah kata-kata atau istilah yang berasal dari bahasa
asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan atau tanpa perubahan
bentuk dan maknanya. Penyerapan unsur asing ke dalam bahasa Indonesia
sudah terjadi sejak zaman dahulu, terutama melalui interaksi dengan bangsa-
bangsa asing seperti Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris.
a. Unsur Serapan dari Bahasa Asing: Unsur ini berasal dari bahasa asing,
seperti bahasa Inggris, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain. Contohnya
adalah kata "komputer" dari bahasa Inggris "computer", "akademi" dari
bahasa Yunani "akademia", atau "kamera" dari bahasa Latin "camera".
b. Unsur Serapan dari Bahasa Daerah: Selain dari bahasa asing, unsur
serapan juga berasal dari bahasa daerah di Indonesia. Misalnya, kata
"sawah" dari bahasa Jawa atau "rendang" dari bahasa Minang.
7
a. Adopsi, penyerapan yang dilakukan dengan mengambil kata asing secara
utuh tanpa perubahan bentuk. Contoh: "Internet" (Inggris), "dollar"
(Inggris).
b. Adaptasi, penyerapan yang dilakukan dengan mengambil kata asing tetapi
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dalam segi ejaan
maupun pengucapan. Contoh: "komunikasi" dari bahasa Inggris
"communication", "aktivitas" dari bahasa Inggris "activity".
c. Terjemahan, proses ini melibatkan penerjemahan kata atau frasa asing
secara langsung ke dalam bahasa Indonesia. Contoh: "hard disk" menjadi
"cakram keras", "mouse" menjadi "tetikus".
d. Kreasi Baru, pembentukan kata baru yang bersumber dari ide atau konsep
bahasa asing. Proses ini menghasilkan kata yang memiliki makna sama
dengan bahasa asalnya, tetapi bentuknya tidak sama persis. Contoh:
"peladen" untuk "server", "sanggahan" untuk "counterargument".
8
dan sulit untuk diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Contoh: "software",
"hardware".
d. Penggunaan Tanda Baca dan Huruf Miring, kata-kata asing yang belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia, dalam penulisan formal,
harus ditulis dengan huruf miring. Contoh: "Kata *software sering
digunakan dalam dunia teknologi."
e. Penyesuaian Bentuk Kata, unsur serapan yang diadaptasi juga harus
disesuaikan bentuknya dengan aturan morfologi bahasa Indonesia.
Misalnya, akhiran "-ion" dalam bahasa Inggris sering kali diubah menjadi
"-asi" dalam bahasa Indonesia. Contoh: "communication" menjadi
"komunikasi", "operation" menjadi "operasi".
9
BAB III
10
Selain itu, perubahan yang cepat dalam dunia teknologi dan ilmu
pengetahuan memerlukan penyerapan kata-kata baru secara cepat. Terkadang,
kata-kata ini tidak sempat melalui proses adaptasi yang sesuai dengan kaidah
PUEBI, sehingga ada kebingungan dalam cara menuliskannya secara benar.
Ini memerlukan adanya regulasi dan pembaruan yang lebih cepat dari pihak
yang berwenang, seperti Badan Bahasa.
11
BAB IV
12
4.2. Pengajaran Ejaan dan Unsur Serapan di Sekolah
Media massa, baik cetak maupun digital, memiliki peran yang signifikan
dalam membentuk dan mempengaruhi cara masyarakat menggunakan bahasa
Indonesia, termasuk dalam penulisan unsur serapan. Oleh karena itu, media
massa diharapkan dapat menjadi contoh yang baik dalam penggunaan ejaan
dan unsur serapan sesuai dengan pedoman PUEBI. Selain itu, media massa
juga dapat menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya menjaga
keakuratan ejaan dan penulisan kata serapan dalam setiap artikel atau berita
yang mereka terbitkan. Dengan media yang konsisten menggunakan ejaan
13
yang benar dan penyerapan kata yang tepat, masyarakat akan lebih familiar
dan terdidik untuk mengikuti aturan-aturan tersebut.
14
BAB V
KESIMPULAN
Sebagai bagian dari masyarakat bahasa, kita semua bertanggung jawab untuk
menerapkan dan menyebarluaskan pemahaman yang benar tentang ejaan dan
unsur serapan. Dengan begitu, bahasa Indonesia akan terus menjadi bahasa yang
kaya, dinamis, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa
kehilangan jati dirinya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
16